PAKETRUPIAH Powered by Paketrupiah.com

Istana Silinduang Bulan, Ranah Minang Sesungguhnya

Indonesia Hotel dan Istana Silinduang Bulan, Minangkabau


Satu lagi objek wisata yang bercerita tentang asal usul dan sejarah panjang orang Minangkabau terdapat di Kabupaten Tanah Datar. Objek wisata ini bernama Istana Silinduang Bulan. Terpaut hanya 2 kilometer dari Istana Pagaruyung, Istana ini menempati tapak istana lama yang terbakar pada 1966.

Istana Silinduang Bulan berada di nagari Pagaruyung, kecamatan Tanjung Emas, sekitar 5 kilometer dari Batusangkar ibu kota Kabupaten Tanah Datar. Istana yang dibangun pada akhir 80-an ini dibangun sebagai tempat tinggal para keturunan raja yang pernah bertahta di Pagaruyung.

Pendirian Istana Silinduang Bulan tidak bisa lepas dari penyebaran dan perkembangan Islam di Sumatera Barat. Menurut sejarah, Silindung Bulan pertama kali dipakai untuk menamai Istana Kerajaan Pagaruyung baru yang didirikan di lokasi sekarang pada 1550.

Pendirian istana dan penamaan ini bertujuan untuk menandai dimulainya perhitungan tahun menurut kalender hijriah dan berlakunya secara resmi hukum syariat Islam di Kerajaan Pagaruyung. Sebelumnya, kerajaan Pagaruyung diketahui menganut agama Budha Tantrayana, seperti yang terlihat pada arca dan artefak yang ditemukan di wilayah itu.

Rapuh dimakan usia, istana ini direnovasi dan selesai pada 1750. Ketika Perang Padri berkobar, istana ini rata dengan tanah setelah dibakar pada 1821. Oleh Yang Dipertuan Gadih Puti Reno Sumpu, Silinduang Bulan kembali didirikan pada 1869 dan kembali menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Pagaruyung. Namun lagi-lagi istana ini terbakar pada 3 Agustus 1961.

Tak ingin memindahkan letak pancang utama yang telah dipilihkan nenek moyang, Istana Silinduang Bulan dibangun lagi pada 1987 dan selesai pada Desember 1989. Semua pembangunan istana ini dibangun murni dengan biaya pribadi keluarga. Saat ini pengunjung bisa melihat dari dekat keindahan serta keagungan arsitekturnya.

Istana Silinduang Bulan memiliki ukuran 28 x 8 meter. Menurut kategorisasi rumah Gadang, Istana Silinduang Bulan memiliki gaya arsitektur yang disebut Alang Babega. Atapnya berbentuk gonjong (tajuk) yang berjumlah tujuh buah.

Seluruh bangunan Silinduang Bulan memiliki 9 ruangan. Di sisi kiri dan kanan bagian depan rumah terdapat sepasang rangkiang, bangunan yang berfungsi sebagai lumbung padi, yang dinamai Si Bayau-bayau dan Si Tinjau Lauik.

Di bangunan utama terdapat empat kamar tidur atau bilik, Anjuang Emas di sisi kanan, Anjuang Perak di sisi kiri, dan sebuah dapur. Kedua anjuang berfungsi sebagai "Kedudukan Rajo" atau tahta raja. Anjuang Emas didedikasikan raja, yang bergelar "Rajo Tuo" dan Anjuang Perak untuk putra mahkota, yang bergelar "Tuan Gadih".

Terdapat lebih dari 200 motif ukiran yang dipahat di sisi luar permukaan bangunan Istana Silindung Bulan. Warna yang mendominasi ukiran-ukiran tersebut adalah merah, kuning, hitam dan coklat. Bagian interior istana ditutupi dengan kain tabir dan langik-langik yang dipenuhi sulaman benang emas dalam berbagai motif.

Walaupun Kerajaan Pagaruyung sudah tidak ada lagi, Silinduang Bulan tetap menjadi istana bagi budaya Minangkabau. Selain sebagai tempat tinggal keturunan para raja, istana ini berfungsi sebagai pusat adat bagi masyarakat Minangkabau. Museum ini juga menyimpan berbagai peninggalan dan pusaka bersejarah yang terkait dengan sejarah panjang Kerajaan Pagaruyung. (Roberto J. Setyabudi/260808)

Buat kamu yang tertarik melongok keindahan minangkabau, pesanan hotelnya klik disini.

Indonesia Hotels Online mengucapkan SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA.

Dari berbagai sumber

Mbah Surip Dan Bulan Kesiangan

Mbah Surip.

Seniman.

Sederhana.

Menghibur


Mungkin ada lebih banyak kata yang dapat lebih lengkap memberi gambaran lelaki kelahiran Mojokerto kelahiran 5 Mei 1969 dan bernama lengkap Urip Ariyanto ini. Berambut gimbal, berperawakan sedang, berpenampilan santai dan senang tertawa lepas.


Bukan Cuma kehadirannya yang mengejutkan diantara riuh rendahnya kehadiran band-band anak muda yang menawarkan bayak lagu cinta. Mbah Surip hadir sebenarnya juga membawakan lagu cinta, tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. Cinta yang universal, yang menyenangkan, yang sederhana. Cinta begitu renyah, enteng tapi dalam. Mbah Surip berhasil mengemasnya dengan cantik.


Cintanya yang tertuang lewat lagu hit’snya tak gendong, adalah proses hidup dan kehidupan jauh sebelum dia beken seperti sekarang. Masa-masa berproses yang harus dia dapatkan di Amerika , dibawah jembatan Chicago yang keren tapi dimata Mbah Surip ngga jauh beda dengan Indonesia, mungkin juga Mojokerto seperti tempat kelahirannya. Disana, ditempat dia mencari nafkah di tempat pengeboran minyak, budaya tolong menolong dan gotong royong tetap di temukan. Dan itulah yang menginspirasinya membuat lagu tak gendong.


Bapak empat anak, yang pernah mengenyam pendidikan hingga S2 ini, terlihat enteng menikmati kesuksesannya di jagad hiburan. Padahal, penghasilannya dari NSP tak gendong saja mencapai 5 M, belum dari royalty lagunya, hasil menjadi model iklan dan banyak lagi. Mbah Surip seperti petani yang sedang asyik menikmati panen padinya. Ia juga tak jauh beda dengan filsafat padi, makin berisi makin merunduk.


Barangkali masih ada banyak karya-karyanya yang ingin dia tunjukkan untuk menghibur banyak orang. Tapi takdir berkata lain. Baginya mungkin lebih baik sekali dan itu berarti. Ia menikmati tempaan kehidupan bagi jiwanya, mulai dari jadi pengamen di blok M, terjun ke dunia teater, mengayuh sepeda dari Mojokerto ke Jakarta dan banyak lagi lainnya. Tempaan itu melahirkan sosok yang memahami hidup tanpa beban, terlihat begitu indah memandang dunia. Mirip proses hidup kepompong , yang perjuangannya untuk menjadi kupu-kupu yang cantik butuh waktu yang lebih lama dibandingkan usianya yang jauh lebih singkat ketika telah menjadi kupu-kupu yang cantik.


Apapun itu, di akhir hidupnya Mbah Surip telah berhasil menjadi lengkap, menuai hasil. Bukan Cuma teman dan kerabat, Presiden RI, Bpk. SBYpun memberikan perhatian yang besar terhadapnya. Sebagai orang tua, iapun tetap mencoba menunaikan tugasnya menikahkan putrinya di kediaman Sastarwan dan budayawan terkenal WS. Rendra meski dengan tubuh telah terbujur kaku.


Hidupnya telah berakhir dengan indah. Meninggalkan jejak yang jelas di hati setiap orang yang hatinya telah tertawan oleh hiburannya. Pihak R.S mengindikasi Mbah Surip kena serangan jantung. Meninggalkan dunia yang fana ini sekitar jam 10.30 WIB. Dan jagad hiburan terkena serangan tak gendong dari Mbah Surip.


Buat saya, Mbah Surip yang seringkali menyampaikan jorgan I Love You Full punya kesamaan dengan Foolmoon yang sekarang ini memang memasuki masanya.


Pagi ini saya lihat bulan yang penuh itu kesiangan. Matahari kelihatan enggan memintanya untuk segera kembali ke peraduan. Begitu indah, meski telah nampak pucat.


Segala sesuatu indah pada waktunya. Selamat jalan Mbah. Sukses untuk Mbah Surip yang telah memberikan banyak inspirasi untuk menjalani hidup dan kehidupan. Semoga itu menjadi amal kebaikan yang Allah SWT ridho dan mencintai Mbah. Sebagaimana kami. I love you full, Mbah.